Obat Tak Disangka
Oleh; Pangeran Raden Bentang
![]() |
Illustrasi: komunitas pha |
Hari itu cuaca sangat cerah dengan desiran angin pegunungan yang begitu lembut, keluarga kami dikelilingi bukit dikanan dan dikiri.
Kesunyian di pagi itu terpecah teriakan bapa yang kesakitan. "Tolongggg kepala ku sakit.. tolongg"
Aku yang baru bangun karena hari minggu rasanya malas untuk bangun, langsung bangun dan bergegas ketempat datangnya suara. Aku lihat bapa lagi pegangin kepalanya, kenapa pa? Gak tahu ni kepala bapa rasanya sakit seperti ditusuk tusuk. Karena gugup dan khawatir ku cari kakak yang lain lalu kami berkumpul lalu kami sepakat bawa ketempat dokter praktek yang ada di kecamatan karena di desa kami gak ada dokter.
Aku yang baru bangun karena hari minggu rasanya malas untuk bangun, langsung bangun dan bergegas ketempat datangnya suara. Aku lihat bapa lagi pegangin kepalanya, kenapa pa? Gak tahu ni kepala bapa rasanya sakit seperti ditusuk tusuk. Karena gugup dan khawatir ku cari kakak yang lain lalu kami berkumpul lalu kami sepakat bawa ketempat dokter praktek yang ada di kecamatan karena di desa kami gak ada dokter.
Setelah sampai di tempat dokter bapa langsung di periksa dan dikasih obat, kata dokter "Bapa kalian gak apa cuma gejala biasa ntar juga sembuh sudah jangan khawatir". Sesampainya di rumah bapa sarapan karena dari awal pagi hari belum sarapan lalu makan obat dan kulihat mimik wajahnya agak tak begitu meringis lagi. Sejam bapa tertidur tetapi kemudian teriak teriak lagi kepalanya sakit seperti ditusuk tusuk, karena lihat bapa yang serba kesakitan akhirnya kata kakak yang paling tua kita bagi tugas selama 7 hari.
Kami 5 laki laki dan 1 perempuan. Kakak yag paling tua dapat tugas membaca al ikhlas dipintu depan dan berpuasa dengan buka dan sahur pakai umbi umbian, kakak kedua dipintu belakang kakak nomer 2 kebagian al falaq dengan buka sahur memakai buah2an. Kakak nomer 3 kebagian an nas dengan puasa mutih, kakak nomer 4 kebagian ayat qursyi dipintu kamar bapa dengan puasa lepas karena dia paling kuat dalam puasa dan wiridan. Sedangkan aku kebagian bismilah diruang tengah bersama kakak nomer 3 dengan puasa biasa, kakak perempuan ditugasin nyediain makanan dan jaga bapa kami. Ibu merawat bapa dengan memperhatikan obat yang dari dokter.
Wiridan kami lakukan setelah solat isya sampai adzan subuh, habis subuh tidur. Kebetulan jadwal kuliah lagi libur jadi aku bisa tidur sepuasnya habis subuh. Setelah 4 hari kakak nomer 4 meminta kami kumpul diruang tengah, kata kakak saya melihat penawar obat bapa ada disebuah kampung yang pegangnya perempuan, nama desa dan kampung serta orangnya saya dikasih tahu. Bagaimana yang lain, kakak nomer pertama menyahut aku tidak apa2 cuma melihat ada boneka masuk ke kamar bapa lalu keluar lagi, kakak nomer 2 cuma berkata diatap rumah kaya orang mau masuk tapi gak jadi keluar lagi, aku sama kakak nomer 3 cuma diam karena kami gak melihat apa2. Ya sudah besok pagi kita nyarter mobil ke alamat yang sudah kutulis mudah2an ini obat untuk bapa kita kakak nomer 4 memecah kesunyian.
Setelah sepakat kami berlima menuju ketempat yang didapat oleh kakak nomer 4 yang terlebih dulu kami meminta kakak perempuan dan ibu tidak meninggalkan rumah. Setelah berada ditempat yang dituju kami menanyakan nama dan alamat ternyata betul ada dan ditempat yang kami maksudkan. Ternyata orangnya seorang perempuan setengah baya dan telah menyambut kami di depan rumahnya, setelah kami berlima turun dari mobil, karena rumahnya tepat di depan jalan desa jadi mobil diparkir dipekarang rumahnya yang cukup luas "ayo masuk ibu dah tunggu dari tadi" kami bengong tapi masuk kerumahnya sambil salaman dengan pemilik rumah, bapa kamu sakit kepala kan seperti ditusuk tusuk? Dia nyerocos lebih dulu dan kami pun heran kenapa dia bisa tahu penyakit bapa dan nama bapa kami, sedangkan kami belum cerita apa2. "Bungsu kamu ambil di belakang rumah pucuk daun rumput malu sama pucuk daun waluh, ambil tiga lembar" sambil tangannya nunjuk padaku, tanpa jawab aku langsung kebelakang rumahnya dan memetik dedaunan yang dia katakan tadi. Setelah dapat ku serahkan pada ibu pemilik rumah, "ini bu daunya" kataku sambil melirik ke kakak yang lain. "iya ini, daun ini ntar rebus dirumah kalian, airnya minumkan ke bapa kalian minum sampai habis ya, dah sekarang kalian pulang karena kalian sudah ditunggu ibu sama kakak mu dirumah".
Sebelum pergi kakak yang tua ngasih uang sebagai tanda terima kasih tetapi ditolak, "sudah bawa uangnya, kasihin pada pemilik mobil karena ibu juga kalau uang punya.. dah sana.." kami pamitan dan mengucapkan terima kasih..di mobil kakak nomer 3 nyeletuk.. "kalau yang kaya gini dikampung kita juga banyak ngapain jauh2 kekampung orang.." sopir mobil pun ikut nimbrung.. "ya namanya obat kita pada gak tahu.."
Sesampainya dirumah, kakak perempuan merebus dedaunan yang kami bawa dan setelah agak dingin diminum kebapa, setelah minum bapa langsung bangun dan mijit2 kepalanya.. "alhamdulilah sembuh ni kepala,." Kakak perempuan nyeletuk "pada lihat gak ada boneka keluar dari kuping kanan bapa" kami geleng2 kepala tanda tak tahu.. "sudah yang penting bapa sehat, masalah orangnya bapa tahu tapi yang sudah2 jangan dipikirkan lagi".
Akhirnya kami juga lama2 tahu siapa dalangnya tetapi kami pura2 gak tahu dan orangnya lama kelamaan pindah rumah..
Semua penyakit ada penawarnya tetapi kita harus berusaha untuk mencarinya.
Itulah cerita yang pernah kami alami, semoga kita bisa mengambil hikmahnya.
Komentar
Posting Komentar